Sabtu, 21 Februari 2009

TENTANG ZIONISME

Selama berabad-abad orang-orang Yahudi memang menunggu seseorang Messiah, juru selamat dari dinasti Daud guna mengakhiri pengucilan mereka dan mengembalikan mereka ke ‘Tanah Yang Dijanjikan’. Dari situlah pemikiran zionisme mulai berkembang. Zionisme adalah sebuah gagasan utopis dari seorang jurnalis, Teodor Herzl. Ia membayangkan suatu saat kelak, kaum Yahudi akan diselamatkan oleh Messiah di sebuah ‘Tanah Yang Dijanjikan’, manakala semua penduduk di tanah itu seluruhnya adalah kaum Yahudi. Itulah tanah al Quds yang terletak di bukit Zion. Dari nama bukit itu kata ‘zionisme’ dipopulerkan.
Di antara bukit Zion dan bukit Zaitun terdapat kompleks pemakaman Yahudi. Kaum Yahudi yang sudah mati, makamnya menghadap ke kota al Quds. Ini mengisyaratkan bahwa mereka tetap menanti dengan penuh harap akan pemenuhan janji Yahwe, Tuhan Yahudi, bahwa Yahwe akan mengutus seorang Messiah, penyelamat yang akan muncul di kota al Quds.

 Bagaimana keberadaan Yahudi menurut pemikir-pemikir dunia?
Ada stigma buruk yang yang sudah lama melekat pada Yahudi dan agama Yahudi di mata masyarakat dan para pemikir dunia. Pada zaman aufklarung atau masa pencerahan di Barat, modernitas dianggap memusuhi Yahudi. Itu karena adanya komentar dari beberapa pemikir semacam Francois-Marie Voltaire yang menganggap kaum Yahudi adalah bangsa yang bodoh, kaum yang menggabungkan kesengsaraan dan takhayul dengan kebencian terhadap semua Negara yang menampung mereka.
Imanuel Kant dan Hegel menganggap Yahudi sebagai agama yang hina dan bertentangan dengan rasionalitas, bahkan Karl Marx yang keturunan Yahudi berpendapat bahwa kaum Yahudilah yang bertanggung jawab terhadap penyakit dunia bernama kapitalisme. Sehingga bukan pencerahan yang mereka dapatkan, mereka seperti melihat sebuah benda hitam di dalam gua yang gelap. Lalu mencari jalan kegelapan yang lain.

 Bagaimana Yahudi dengan proyek Zionisme tersebut?
Zionisme awalnya proyek imajinatif ketika ortodoksi Yahudi mulai memudar karena sebagian kaum Yahudi mulai merespon gagasan modernisasi. Tokoh-tokoh zionis datang dari berbagai arus pemikiran modern seperti pemikiran nasionalis, imperialis barat, sosialis, maupun pemikie Yahudi Maskilim (orang-orang yang tercerahkan) sekuler. Termasuk zionisme buruh yang dimotori oleh David Ben-Gurion yang mencoba mendirikan komunitas sosialis di Palestina, yang akhirnya menjadi ideologi zionis paling dominan.
Arus zionisme ternyata sangat kencang, membuat kaum Yahudi ortodoks terkejut. Kemudian mereka melakukan eksperimen dengan menciptakan zionisme relijius guna mewujudkan mitos lama tentang kembalinya Messiah ke bukit zion. Messiah bukan lagi disambut secara pasif, tapi kaum Yahudi sendiri yang harus berupaya memulai dengan meninggalkan tanah pembuangan, eksperimen itu beroleh tanggapan yang memuaskan. Tanah Israel bagi kaum zionis adalah symbol yang paling suci, sehingga mereka merasa wajib menduduki tanah itu baik secara fisik, strategik maupun militer. Begitulah sekularisasi dalam Yahudi semakin menampakkan diri dalam perjalanan yang panjang menuju kesamaran kembali, karena ide zionisme merupakan ide pergolakan menuju perpecahan yang sangat ekstrim antar mereka dan antar umat manusia di dunia.

 Zionisme adalah gerakan yang mengkhianati kaum Yahudi yang taat
Zionisme dibawa ke dalam agenda dunia di akhir abad ke-19 oleh Theodor Herzl (1860-1904), seorang wartawan Yahudi asal Austria. Baik Herzl maupun rekan-rekannya adalah orang-orang yang keyakinan agamanya sangat lemah, jika tidak ada sama sekali. Mereka melihat “keyahudian” sebagai nama ras, bukan sebuah masyarakat beriman. Mereka mengusulkan agar orang-orang Yahudi menjadi sebuah ras terpisah dari bangsa Eropa. Keterpisahan ini sangat penting artinya dalam rangka membangun tanah air mereka sendiri. Mereka tidak mengandalkan pemikiran keagamaan dalam memutuskan di manakah tanah air mereka yang seharusnya. Theodor Herzl, suatu kali pernah memikirkan Uganda, yang dikenal sebagai Uganda Plan. Tapi sang Zionis itu kemudian memutuskan Palestina. Alasannya, Palestina dianggap sebagai “tanah air bersejarah bagi orang-orang Yahudi.”
Sang Zionis melakukan upaya-upaya besar untuk mengajak orang-orang Yahudi lainnya menerima gagasan yang tak sesuai dengan ajaran agama mereka itu. Organisasi Zionis dunia melakukan upaya propaganda besar di hampir semua Negara yang berpenduduk Yahudi, dan meniscayakan bahwa Yahudi tidak dapat hidup damai dengan bangsa-bangsa lain, karena mereka adalah ras yang terpisah. Itu sebabnya, mereka harus bergerak dan menduduki palestina. Sebagian besar orang Yahudi mengabaikan himbauan ini.
Menurut negarawan Israel, Amnon Rubinstein: “Zionisme (dulu) adalah sebuah pengkhianatan atas tanah air mereka (Yahudi) dan sinagog para Rabbi”. Karena itu banyak orang-orang Yahudi yang mengkritik ideology Zionisme. Rabbi Hirsch, salah satu pemimpin keagamaan terkemuka saat itu mengatakan, “Zionisme ingin menamai orang-orang Yahudi sebagai sebuah lembaga nasional, yang merupakan sebuah penyimpangan.”
Pemikir Islam Prancis yang terkenal Roger Garaudy melukiskan hal ini dalam sebuah pembahasan:

“Musuh terburuk keyakinan Yahudi adalah logika para nasionalis, rasis, dan kolonialis dari zionisme kebangsaan, yang dilahirkan dari nasionalisme, rasisme, dan kolonialisme abad ke-19 di Eropa. Logika yang menginspirasi semua penjajahan Barat dan semua perang antara satu nasionalisme dengan nasionalisme lainnya, adalah sebuah logika yang membunuh diri sendiri. Tidak ada masa depan atau keamanan bagi Israel dan tidak ada keamanan di Timur Tengah kecuali jika Israel meninggalkan paham zionismenya dan kembali ke agama Ibrahim, yang adalah warisan bersama, dan persaudaraan dari tiga agama wahyu: Yudaisme, Nasrani, dan Islam. Dengan cara ini, zionisme hendak menguasai dunia dengan sebuah ideologi rasis bahwa Yahudi seharusnya tidak hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. Ini adalah gagasan keliru yang menciptakan masalah parah dan tekanan atas orang-orang Yahudi yang hidup dalam belenggu ini. Bagi orang-orang Islam di Timur Tengah, paham ini melahirkan kebijakan Israel tentang pendudukan dan perebutan wilayah dengan terror dan pertumpahan darah. Pendeknya, zionisme sebenarnya adalah bentuk nasionalisme sekuler yang berasal dari filsafat sekuler, bukan dari agama. Tapi, seperti nasionalisme lainnya, zionisme juga berusaha menggunakan agama untuk mencapai tujuannya.”

Taurat adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Musa. Allah berfirman: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi). (Al Qur’an, 5:44). Al Qur’an juga mengatakan bahwa Taurat kemudian akan dikotori oleh perkataan manusia. Barangkali inilah yang terjadi saat ini, “Taurat yang menyimpang.” Tapi, sebuah penelitian mengungkapkan adanya kebenaran yang terkandung dalam Kitab yang pernah diwahyukan itu, seperti keimanan kepada Allah, penghambaan diri kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, takut kepada Allah, cinta kepada Allah, keadilan, kasih sayang, cinta kasih, melawan kekejaman dan ketidakadilan, semuanya ditemukan di dalam Taurat dan kitab [erjanjian Lama lainnya.
Selain itu, peperangan dan peristiwa pembunuhan yang pernah terjadi dalam sejarah juga disebutkan di dalam Taurat. Jika manusia ingin menemukan sebuah dasar, meskipun dengan memutarbalikkan kenyataan, untuk membenarkan kekejaman, pembantaian, dan pembunuhan, mereka bisa menjadikan bab-bab dalam Taurat itu sebagai acuan. Zionisme menggunakan Taurat untuk mengesahkan ‘misi suci’ mereka, padahal yang mereka lakukan adalah terorisme fasis. Ini sangat berhasil. Misalnya, zionisme menggunakan bab-bab (dari Taurat) yang terkait dengan perang dan pembantaian untuk melegitimasi pembantaian orang-orang Palestina yang tak berdosa. Padahal, ini adalah sebuah penafsiran menyimpang yang disengaja. Zionisme menggunakan agama untuk mengesahkan fasisme dan ideologi rasisnya.
Para zionis juga mendasarkan pernyataan mereka dengan penafsiran mereka tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan “orang pilihan” yang pernah dikaruniakan Allah kepada orang Yahudi di suatu kali. Beberapa ayat al Qur’an yang berhubungan dengan persoalan ini adalah sebagai berikut:


Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat. (QS: 2:47)

Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israel Al Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). (QS: 45:16)

Al Qur’an menjelaskan bahwa pada suatu masa Allah memberkati orang-orang Yahudi, dan pada kali lainnya Dia menjadikan mereka berkuasa atas bangsa-bangsa lain. Namun ayat-ayat ini tidak menyiratkan “orang pilihan” seperti yang dipahami orang-orang Yahudi radikal. Ayat-ayat itu menunjukikan kenyataan bahwa nabi-nabi yang datang dari keturunan ini, dan orang-orang Yahudi memerintah di daerah yang luas pada saat itu. Ayat-ayat itu menerangkan bahwa karena kekuasaan itu, mereka “lebih diutamakan di atas semua manusia lain.” Ketika mereka menolak Isa, ciri ini pun berakhir.
Al Qur’an menyatakan bahwa orang yang terpilih itu adalah para nabi dan orang-orang beriman yang ditunjuki Allah pada jalan kebenaran. Ayat-ayat itu menyebutkan bahwa para nabi telah dipilih, ditunjuki jalan yang benar, dan diberkati. Berikut ini beberapa ayat yang berhubungan dengan persoalan ini:

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (QS: 2:130)

Dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka,keturunan dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami tinjukkan mereka ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmat dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya. (Qur’an, 6:87-89)

Mereka itulah adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi dari keturunan Adam, dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan Israel, dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka bersujud dan menangis. (Qur’an, 19:58)

Tapi, orang-orang Yahudi radikal memercayai tafsir perihal “orang yang terpilih” sebagai ciri kebangsaan sehingga mereka menganggap setiap orang Yahudi terlahir unggul dan Bani Israel selamanya dianggap unggul di atas semua manusia. Penyimpangan besar dari sudut pandang ini adalah anggapan ras unggul itu sebagai “suatu perintah untuk melakukan kekejaman atas bangsa lain.” Untuk mencapai tujuan ini, para zionis membenarkan kebencian turun-temurun yang bisa ditemukan dalam Yudaisme Talmud. Menurut pandangan ini, adalah hal yang lumrah bagi orang Yahudi untuk menipu orang-orang non-Yahudi, untuk merampas hak milik mereka, bahkan bila perlu membunuh mereka, termasuk wanita dan anak-anak. Padahal ini adalah kejahatan yang melecehkan agama, karena Allah memerintahkan manusia untuk melestarikan keadilan, kejujuran, hak orang-orang tertindas.
Lebih jauh lagi, pernyataan anti non-Yahudi ini bertentangan dengan Taurat itu sendiri, sebagaimana ayat-ayat yang mengutuk penindasan dan kekejaman. Tapi, ideologi zionisme mengabaikan ayat-ayat itu untuk menciptakan system kepercayaan berdasarkan amarah dan kebencian. Tanpa memedulikan pengaruh ideologi zionis, sejumlah orang Yahudi yang benar-benar percaya pada Allah akan mengetahui bahwa agama mereka mengajarkan ketundukan, perdamaian dan cinta kasih, seperti:

Janganlah engkau berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan cara tidak wajar dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tapi engkau harus mengadili dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian kemari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesama manusia; Akulah Tuhan. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tapi engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. (Perjanjian Lama, Imamat, 19:15-17)

Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Perjanjian Lama, Mikha, 6:8)

Jangan membunuh. Jangan berzina. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Jangan menginginkan rumah sesamamu. . . (Perjanjian Lama, Keluaran, 20:13-17)

Menurut al Qur’an, perang hanya dibenarkan dalam rangka mempertahankan diri. Dan jika peperangan harus terjadi, kehidupan orang-orang tak berdosa dan aturan hukum harus dilindungi. Perintah untuk membunuh wanita, anak-anak, dan orang lanjut usia tidak pernah ada di dalam ajaran agama manapun, kecuali itu tipu daya berkedok agama. Dalam al Qur’an, Allah tidak hanya mengutuk kebencian seperti ini, tapi juga menyatakan bahwa semua manusia sama dalam pandangan-Nya dan kelebihan seseorang tidak didasarkan pada ras, keturunan, atau segala kelebihan keduniaan lainnya, tapi didasarkan pada ketaqwaannya.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesunggunya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS: 49:14)

Terlepas dari kedok agama yang palsu, alasan kekejaman zionisme yang sesungguhnya adalah hubungannya dengan mentalitas penjajahan Eropa abad ke-19. Penjajahan tidak semata-mata penjajahan politik atau ekonomi, tapi juga penjajahan ideologi. Zionisme memercayai bahwa negara-negara industri Barat berhak menjajah dan menduduki bangsa-bangsa terbelakang. Menurut mereka, ini akibat alami dari sebuah proses “seleksi alam” internasional. Dengan kata lain, Zionisme adalah sebuah produk Darwinisme Sosial. Dalam kerangka ideologi ini, Inggris menjajah India, Afrika Selatan, dan Mesir. Prancis menjajah Indocina, Afrika Utara, dan Guyana. Maka para zionis menjajah palestina.
Kolonialisme zionis jauh lebih jahat disbanding “rekan-rekannya” Inggris dan Prancis. Inggris dan Prancis setidaknya masih mengizinkan penduduk sebuah wilayah yang ditaklukannya, untuk hidup layak (setelah menyerah) bahkan memberikan pendidikan yang layak bagi penduduk di tanah jajahan. Sebaliknya zionis tidak mengakui hak-hak orang Palestina untuk hidup; mereka melakukan pembersihan etnis, dan tidak memberi apapun kepada penduduk di tanah jajahannya. Anda mungkin bahkan berkata, mereka tidak pernah memberi satu batu bata pun untuk orang-orang Palestina.
Watak jahat zionisme yang lain adalah kepercayaannya kepada tema-tema propaganda palsu, mungkin yang paling penting adalah semboyan “sebuah tanah tanpa manusia untuk seorang manusia tanpa tanah”. Dengan kata lain, Palestina, “tanah tanpa manusia” harus diserahkan kepada orang-orang Yahudi, “manusia tanpa tanah.” Dalam 20 tahun pertama abad ke-20, Organisasi Zionis Dunia menggunakan semboyan ini untuk meyakinkan Eropa, khususnya Inggris, bahwa Palestina harus diserahkan kepada orang-orang Yahudi. Pada 1917, akibat kampanye persuasifnya, Inggris mengumumkan Deklarasi Balfour bahwa “Pemerintahan Yang Mulia memandang pentingnya pendirian sebuah negara bagi orang-orang Yahudi di Palestina.”
Kenyataan menunjukkan, semboyan “tanah tanpa manusia untuk manusia tanpa tanah” ini tidak benar. Ketika gerakan zionis dimulai, orang-orang Yahudi tidaklah “tanpa tanah” dan Palestina pun bukannya “tanpa manusia.” Sebelumnya sebagian besar orang Yahudi hidup di berbagai Negara dengan damai dan aman. Khususnya di negara-negara industri Barat, persekutuan ibadat Yahudi tidak punya keluhan apapun tentang kehidupan mereka. Bagi sebagian orang Yahudi, gagasan untuk pindah ke Palestina tidak pernah erlintas dalam benak mereka. Kenyataan ini muncul belakangan ketika ajakan untuk “pindah ke Palestina” secara luas diabaikan. Pada tahun-tahun berikutnya, orang-orang Yahudi anti-zionis itu secara aktif menolak gerakan zionisme melalui kelompok-kelompok yang mereka dirikan.
Setelah memperoleh dukungan resmi dengan Deklarasi Balfour, kaum zionis mengalami kesulitan ketika saudara-saudara sesama Yahudi banyak menolak untuk pindah ke Palestina. Dalam hal ini, pernyataan Chaim Weizman sangat menohok:

“Deklarasi Balfour pada 1917 diputuskan di awang-awang. Setiap hari dan setiap jam dalam 10 tahun terakhir ini, ketika membuka surat kabar, saya berpikir: kapan hembusan angin surga lainnya datang? Saya terguncang karena takut Pemerintah Inggris akan memanggil saya dan bertanya: “Beritahu kami, apakah Organisasi Zionis itu? Dimanakah mereka, para Zionisme itu?” Orang-orang Yahudi, mereka tahu, menentang kami; kami berdiri sendiri di sebuah pulau kecil, sebuah kelompok Yahudi yang amat kecil dengan masa lalu yang asing.”

Karena itu para zionis mulai terlibat dalam “kegiatan-kegiatan khusus” untuk “mendorong” pindahnya orang Yahudi ke Palestina, memaksa jika diperlukan, seperti mengganggu orang-orang Yahudi di negara-negara asalnya dan bekerja sama dengan kelompok anti-Semit umtuk meyakinkan bahwa pemerintah akan mengusir orang-orang Yahudi. Dengan demikian, gerakan zionisme telah mengganggu dan menteror rakyatnya sendiri.
Sekitar 100.000 orang Yahudi pindah ke Palestina antara tahun 1920-1929. jika saat itu, ada 750.000 orang Palestina, 100.000 orang bukanlah jumlah yang kecil. Organisasi Zionis memegang kendali penuh atas perpindahan itu. Orang-orang Yahudi yang menginjakkan kaki di Palestina ditemui oleh kelompok zionis, yang menentukan di mana mereka akan tinggal dan pekerjaan apa yang akan mereka lakukan. Perpindahan itu didorong oleh pemimpin-pemimpin zionis dengan berbagai macam imbalan.
Akibat upaya yang giat di seluruh Palestina, Eropa, dan Rusia, penduduk Yahudi di Palestina mengalami pertumbuhan yang pesat dalam hal jumlah dan tempat tinggal. Bersamaan dengan kekuasaan partai Nazi, orang-orang Yahudi di Jerman menghadapi tekanan, perkembangan yang makin mendorong perpindahan mereka ke Palestina. Sebuah kenyataan bahwa kaum zionis juga mendukung penindasan Yahudi oleh Nazi masih menjadi salah satu rahasia sejarah yang paling terpendam.
Tidak diragukan lagi bahwa para pengikut gerakan zionis telah melakukan kekejaman terburuk terhadap orang-orang yang memiliki “sebuah tanah tanpa manusia”: orang-orang Palestina. Semenjak hari pertama para zionis memasuki Palestina, para pengikutnya telah berusaha menghancurkan orang-prang Palestina. Untuk memberi ruang pada imigran-imigran Yahudi, (baik yang dipengaruhi oleh gagasan zionisme maupun yang takut pada gerakan anti-Semitisme) orang-orang Palestina terus ditekan, diasingkan, dan diusir dari tanah asal mereka. Gerakan ini didorong oleh berdirinya Israel pada 1948, yang kelak akan menghancurkan kehidupan orang-orang Palestina. Hingga hari ini, sekitar 3,5 juta orang Palestina masih bertahan di kamp-kamp pengungsian dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.
Sejak tahun 1920-an, perpindahan orang Yahudi yang diorganisir oleh Zionis mengubah keadaan demografi Palestina dan telah menjadi sebab terpenting berlangsung pertikaian yang berkepanjangan. Statistik peningkatan penduduk Yahudi di Palestina membuktikan kenyataan ini. Angka-angka itu adalah petunjuk penting tentang bagaimana sebuah kekuatan dari luar negeri, kekuatan tanpa hak hukum atas tanah itu datang merampok hak-hak penduduk asli.
Menurut catatan resmi, jumlah imigran Yahudi ke Palestina meningkat dari 100.000 pada tahun 1920-an menjadi 232.000 pada tahun 1930-an. Hingga 1939, penduduk Palestina yang jumlahnya 1,5 juta jiwa sudah termasuk 445.000 orang Yahudi. Jumlah mereka, yang hanya 10% saja dari jumlah penduduk 20 tahun sebelumnya, sekarang menjadi 30% dari seluruh penduduk. Pemukiman Yahudi juga berkembang pesat, dan per 1939 orang-prang Yahudi memiliki dua kali dari jimlah tanah yang mereka miliki pada tahun 1920-an.
Menurut rencana ini, setiap desa atau pemukiman Arab yang tidak menyerah kepada kekuatan Yahudi akan dibumihanguskan dan orang-orangnya akan diusir. Setelah keputusan ini dikeluarkan, hanya empat desa yang mengibarkan bendera putih; kota-kota dan desa-desa lainnya pasti akan menjadi sasaran pembumihangusan.
Dengan cara ini, 400 desa Palestina terhapus dari peta sepanjang 1949-1949. hak milik yang ditinggalkan orang-orang Palestina dikuasai oleh orang-orang Yahudi, atas dasar Hukum Hak Milik Tak Ditempati. Hingga 1947, kepemilikan tanah orang-orang Yahudi di Palestina adalah sekitar 6%. Pada saat Negara Israel resmi didirikan, kepemilikan itu telah mencapai 90% dari seluruh tanah di Palestina.
Heilburn, ketua komite pemilihan kembali Jenderal Shlomo Lahat, walikota Tel Aviv, menyatakan pandangan zionis tentang orang-orang Palestina dalam kata-kata berikut:

“Kita harus membunuh semua orang Palestina kecuali mereka tunduk dan tinggal di sini sebagai budak. Gelombang kedatangan imibran yang disebabkan oleh pecahnya Perang Dunia II membuat orang-orang Palestina sadar pada apa yang terjadi, sehingga mulai menolak tindakan-tindakan yang tidak adil. Setiap gerakan penolakan akan dihentikan dengan paksa oleh kekuatan Inggris. Orang-orang Palestina akan berada di bawah tekanan organisasi teroris zionis di satu sisi, dan tentara-tentara Inggris di sisi lain. Dengan kata lain, mereka menjadi sasaran kepungan dari dua musuh.”

Selama kekuasaan Inggris, lebih dari 1500 orang Palestina yang berjuang untuk kemerdekaannya terbunuh dalam pertempuran. Di samping itu, ada pula beberapa orang yang ditahan oleh Inggris karena menentang pendudukan Yahudi. Tekanan Inggris menyebabkan kekerasan serius terhadap mereka. Tapi terorisme zionis lebih sadis. Kekejaman zionis yang pecah setelah berakhirnya kekuasaan Inggris, meliputi pembakaran desa-desa, penembakan wanita dan anak-anak, seolah sebuah hukuman mati.
Sekitar 850.000 orang Palestina yang tidak tahan akan kekejaman dan penindasan ini meninggalkan tanah dan rumah mereka dan tinggal di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan di sepanjang perbatasan Libanon dan Yordania. Sekitar satu juta orang Palestina masih tinggal di kamp-kamp pengungsian ini, sementara 5 juta lebih lainnya mengungsi ke daerah-daerah yang jauh dari tanah air mereka. Saat ini total penduduk Palestina sekitar 8 juta jiwa lebih. Sekitar 70% mengungsi di berbagai negara.
Secara rinci mereka mengungsi di: di Gaza: 913.570 orang, Tepi Barat: 793.286 orang, Yordania: 1.949.666 orang, Lebanon: 533.276 orang, Syiria: 572.475 orang, Mesir: 62.974 orang, Arab Saudi: 391.778 orang, Kuwait: 46.499 orang, Negara-negara Teluk lainnya: 212.116 orang, Irak dan L ibya: 88.884 orang. Negara-negara Arab lainnya: 6.887 orang. Amerika Utara dan Selatan: 283.767 orang. Negara-negara dunia lainnya: 334.008 orang. Dari jumlah itu, hanya Yordania yang memberi status kewarganegaraan tetap. Jumlah keseluruhan pengungsi Palestina sekitar 5.947.186 jiwa (tahun 2004), atau 804.766 ribu jiwa (tahun 1948). Sementara jumlah penduduk Palestina keseluruhan adalah 8.270.509 jiwa. Ini berarti, lebih dari 70% rakyat Palestina diusir Israel keluar dari negerinya. Sebaliknya, Israel menempati lebih dari 92% wilayah yang didudukinya adalah tanah Palestina, atau, sekitar 20.325.000 hektar, dengan rincian: 17.178.000 hektar milik Palestina yang diusir, 1.476.000 hektar tanah Palestina yang tersisa dan seluas 1.682.000 hektar milik Yahudi pada tahun 1948.
Pada perkembangan selanjutnya, tanah Palestina dibagi menjadi empat bagian; Wilayah Inggris, wilayah Arab, wilayah Yahudi dan wilayah Internasional. Ketika Palestina berada di bawah kendali Inggris setelah Perang Dunia I, gelombang besar perpindahan Yahudi ke daerah ini dimulai. Perpindahan ini lambat laun meningkat pesat.
Selama masa ini, beberapa badan didirikan untuk menentukan bagaimana orang Yahudi dan Palestina berbagi tanah. Badan yang terkenal adalah The Peel Commission, yang dipimpin oleh bekas Menteri Luar Negeri Inggris untuk India, Lord Earl Peel, dan Komisi Morrison-Grady yang dibentuk melalui kemitraan Amerika-Inggris. The Peel Commission mengusulkan agar pengawasan Inggris ditingkatkan dan daerah ini dibelah dua, hanya Yerusalem dan Haifa yang tetap di bawah kendali Inggris dan akan terbuka untuk pengamat internasional. Morrison-Grady Plan mengusulkan agar Palestina dipenggal menjadi empat daerah yang terpisah. Namun, anggota badan ini tidak memperhitungkan bahwa tanah yang sedang mereka kapling-kapling itu milik orang-orang Palestina selama berabad-abad, dan tak seorangpun yang berhak memaksa mereka memisah-misahkannya.
Orang-orang Palestina yang hidup di kamp-kamp pengungsian hari ini menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan paling dasar sekalipun. Mereka hanya bisa menggunakan air dan listrik jika orang Israel mengizinkannya, dan berjalan bermil-mil untuk bekerja demi upah yang sangat rendah. Bagi yang pergi bekerja atau mengunjungi kerabat yang tinggal di dekat kamp pengungsian, perjalanan itu seharusnya tidak lebih dari 15 menit.
Tapi, keadaannya sering berubah menjadi mimpi buruk karena pemeriksaan identitas di pos-pos tertentu, di mana para tentara yang bertugas tidak segan-segan melakukan pelecehan. Mereka tidak dapat berpindah dari tempat A ke tempat B tanpa paspor. Dan karena tentara Israel sering menutup jalan dengan alas an “keamanan”, orang-orang Palestina sering tidak dapat pergi bekerja, bahkan untuk ke rumah sakit. Orang-orang yang hidup di kamp-kamp pengungsian setiap hari dikepung rasa takut bila sewaktu-waktu dibom, dibunuh, dilukai, atau ditahan. Sebab, pemukiman orang-orang Yahudi fanatik di sekitar kamp pengungsian itu adalah ancaman yang menakutkan. Mereka kerap menyerang dan melakukan pelecehan.
Inilah takdir Allah. Sepanjang sejarah, masyarakat muslim telah terusir dari rumah-rumah mereka dan menghadapi berbagai tekanan, penyiksaan, dan ancaman dari orang-orang yang tak beriman. Para pemimpin yang kejam sering mengusir orang-orang yang tak berdosa itu dari tanah mereka, hanya karena keturunan atau keyakinan mereka berbeda. Apa yang diderita oleh orang-orang Islam di banyak negara, juga orang-orang Palestina, telah diwahyukan di dalam al Qur’an,

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik. (QS :3:195)

Dengan demikian, akan datang suatu hari ketika semua orang-orang Palestina akan hidup dalam kedamaian, keamanan, dan persaudaraan. Ini hanya dimungkinkan dengan menyebarluaskan akhlak Al Qur’an di antara manusia, karena akhlak seperti itu bersifat memaafkan dan toleran; mempertahankan kedamaian; menekankan pada cinta kasih; rasa hormat; dan pengikutnya saling berlomba untuk beramal saleh. Ketika akhlak yang baik mengemuka, tidak akan ada penindasan. Lebih jauh, ketika akhlak ini ditunjukkan dengan sepenuh hati, hubungan persaudaraan muslim akan terbangun dan mereka akan memperoleh kekuatan untuk melakukan sebuah perjuangan intelektual melawan kekejaman. Karena itu, menerapkan tata perilaku Qur’ani akan membawa kita menuju akhir dari kekejaman, tidak hanya di Palestina, tapi juga di seluruh dunia. Kewajiban umat Islam adalah menyebarkan perilaku Qur’ani itu.
Imigran Yahudi yang diajarkan dengan semboyan “setiap orang harus bekerja dengan satu tangan, dan memegang senjata di tangan lainnya,” segera mengambil bagian dalam gerakan zionis. Sementara itu beberapa orang mengorganisir demonstrasi dengan spanduk bertuliskan “Yerusalem adalah Milik Kami,” dan yang lainnya memborbardir desa-desa Palestina.

 Bagaimana pendapat Islam dan umatnya Islam mengenai Yahudi dan keberadaan mereka di al Quds?
Konon, kedatangan koloni Yahudi ke bumi Palestina, secara berangsur-angsur disambut baik oleh masyarakat Islam. Muslim yang terpelajar pasti mengetahui bagaimana orang-orang Yahudi di Barat begitu dilecehkan dengan kata-kata anti-semit, bahkan di Jerman, para pengikut Nazi yang rasis itu membantai mereka, sehingga gelombang perpindahan mereka ke Negara-negara lain pun tak terelakkan. Termasuk ke Palestina yang waktu itu masih dalam genggaman Inggris.
Seiring perpindahan yang meningkat drastis itu dan ditambah dengan isu zionisme yang makin meluas, dengan leluasa mereka terus membeli tanah-tanah orang Palestina. Orang Palestina menyadari akan keterdesakan itu. Kaum muslimin Palestina merasa bahwa gagasan zionisme yang didengungkan Yahudi merupakan ancaman bagi aqidah mereka.
Kaum muslimin meyakini nahwa “tanah yang dijanjikan” bagi kaum Yahudi merupakan “tanah yang diberkati” bagi kaum muslimin, dan perlu dipertahankan. Menurut studi sejarah yang didasarkan atas penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, Nabi Ibrahim, putranya, dan sejumlah kecil manusia yang mengikutinya adalah orang-orang yang pertama kali pindah ke Palestina, pada abad XIX SM. Khud li balak, coba kalian perhatikan!
Beberapa tafsir al Qur’an menunjukkan bahwa Ibrahim atau Abraham as, diperkirakan tinggal di daerah Palestina yang saat ini dikenal sebagai Al Khalil atau Hebron, beliau tinggal di sana bersama Nabi Luth. Al Qur’an menyebutkan perpindahan itu sebagai berikut:

Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (QS, 21:69-71)

Daerah yang digambarkan sebagai “tanah yang telah Kami berkati” menurut penjelasan Al Qur’an mengacu pada Palestina.
Demikian pula masalah Yahudi dan Israel. Al Qur’an menjelaskan:

Orang-orang kafir, yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik, (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang bukti yang nyata. (QS. 98:1)

Kekafiran ali Kitab yang disebutkan dalam al Qur’an ditafsirkan sebagai Yahudi dan Nasrani, karena menuntut bukti yang nyata. Dan kekafiran Yahudi itulah yang menyebabkan terputusnya mata rantai keturunannya Bani Israel, nama lain dari anak-anak nabi Ya’qub as. Jangan keliru, HYahudi tidak bisa dikonotasikan dengan Bani Israel yang dianugerahi ‘Tanah Yang Diberkati’ oleh Allah. Bukankah kekafiran dan kezaliman bisa memutus jalinan darah di hadapan Allah? Sebagaimana terpisahnya nabi Ibrahim as. Dari bapaknya, Azar, si penyembah berhala itu. Yahudi adalah Yahudi, yang dalam sejarahnya senantiasa menuntut hal-hal tidak bisa dibenarkan, sehingga mereka menciptakan Tuhan sendiri dan memberinya nama Yahwe. Mereka juga membunuh nabi-nabi mereka, lalu menciptakan kitab suci yang kemudian disandarkan kepada Tuhannya.

2 komentar:

candra mengatakan...

waaaah bagus bgt blog kmu...
klau aq sich blog'a lum tak ksh papa,ntar tak ksih tntang pngetahuan,cz blog aQ jg jdulnya puisi dan cinta...

pak muliadi mengatakan...

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.